Bentuk Evaluasi Pembelajaran |
A. PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Fungsi
utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan
informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation). Kegiatan pengukuran itulah yang mjadi dasar suatu evaluasi.
B. PENGERTIAN EVALUASI DI PAUD
Secara lebih luas evaluasi ditujukan
untuk mengetahui sejauh mana suatu program yang dikembangkan pada bidang
pendidikan ke-TK-an berhasil diterapkan dalam praktik kurikulumnya.Sedangkan
membandingkan kinerja kurikulum yang kita laksanakan dengan program yang
dikembangkan pada TK sekolah lain, termasuk di dalamnya membandingkan dengan
tuntutan dan aspirasi masyarakat serta harapan dari sekolah yang lebih tinggi,
sering disebut juga dengan pembandingan eksternal
Secara
teknis, untuk mengetahui apakah evaluasi atas program atau kurikulum tersebut
dilakukan secara baik, kita dapat melihatnya dengan berpatokan pada.1. Hasil pekerjaan (pelaporan) evaluasi kurikulum atau program yang dilaksanakan dapat diterima secara baik oleh setiap pihak yang membutuhkan (tanpa syarat). Artinya pelaporan yang dikemukankan tidak mendapatkan komplain yang cukup berarti.
2. Hasil evaluasi kurikulum atau program tersebut menunjukan manfaat yang nyata atau berarti (significan) bagi perkembangan anak dan pelaksanaan program kegiatan yang dilaksanakan.
Pada dasarnya tugas dan kewenangannya relatif sama, hanya
kita perlu memahami perbedaan-perbedaan yang mendasar. Diantara perbedaan yang
esensi adalah evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sesungguhnya evalusi
kurikulum merupakan evaluasi dalam penerapak kurikulum berstandar nasional yang
dikembangkan atau disusun berdasarkan kekampuan daerah/sekolah, potensi daerah,
dengan kekhasan/ciri khas daerah/sekolah.
Prinsip-prinsip evaluasi di samping mengacu kepada
kriteria nasional juga harus senantiasa disesuaikan dengan daerah masing-masing dengan mempertimbangkan aspek relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, kepraktisan dan efektivitasnya. Evaluasi
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi tidak hanya mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dan proses pembelajarannya semata, tetapi juga rancangan dan
pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, saran dan prasarana, serta
sumber belajarnya.
Asesmen adalah proses pengumpulan informasi
tentang peserta didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang
mereka dapat lakukan (Hart, 1994).Cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi tersebut, misalnya dengan mengamati peserta didik belajar, menguji
apa yang mereka hasilkan, menguji pengetahuan dan keterampilan mereka.
Evaluasi adalah usaha untuk menentukan harga
(nilai) terhadap hasil yang dicapai peserta didik setelah menyelesaikan
tugas-tugas belajar. Evaluasi dapat juga dipandang sebagai
proses penafsiran (interpretasi) serta pembuatan keputusan berkenaan dengan
informasi asesmen (Hart, 1994). Dengan demikian dalam batas asesmen itu
sendiri, data asesmen tidak dapat dinyatakan baik atau tidak baik. Secara
sederhana data asesmen itu mencerminkan apa yang berlangsung di dalam kelas.
C. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN
a. Kepastian dan kejelasan.
Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan dulu secara jelas dalam definisi yang operational. Bila kita ingin mengevaaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya.
Pada umumnya alat
evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test ini
mencerminkan karakteristik aspek yang akan diukur. Kalau kita akan mengevaluasi
tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus
dirumuskan dengan selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan
demikian keberhasilan evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru
(evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual
ke dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung.
Hendaklah diingat bahwa tidak ada teknik evaluasi yang
cocok untuk semua keperluan dalam pendidikan.
Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin dicapai dikembangkan teknik
evaluasi tersendiri yang cocok dengan tujuan tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi
dan teknik yang digunakan perlu dijadikan pertimbangan utama.
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi.
Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai keterbatasan-keterbatasan
tersendiri. Test obyektif misalnya akan mem¬berikan bukti obyektif tentang
tingkat kemampuan siswa. Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa
tentang apakah ia benar-benar mengerti tentang materi tersebut.
Bob Houston seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk
mendapatkan hasil yang lebih obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak
hanya dikembangkan dalam bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus
didasarkan pula data kualitatif siswa yang diperoleh dari observasi guru,
Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya.
Evaluator harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam
teknik evaluasi yang digunakan. Atas dasar kesadaran ini, maka dituntut untuk
lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan yang diambil setelah melaksanakan
evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam pengukuran yang dilaksanakan, hanya
mengukur sebaglan (sampel) saja dari suatu kompleksitas yang seharusnya diukur.
Maka dapat terjadi salah satu aspek yang sifatnya menonjol yang dimi liki siswa
tidak termasuk dalam sampel pengukuran. Inilah yang disebut sampling error
dalam evaluasi.
Karena itu dalam laporan hasil evaluasi, evaluator perlu melaporkan adanya kesalahan pengukuran ini. Pengukuran dengan test, kesalahan pengukuran dapat ditunjukkan dengan koefisien kesalahan pengukuran.
Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan digunakan dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sampai terbalik, sebab tanpa diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia.
D. MANFAAT EVALUASI
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Memahami sesuatu : Mahasiswa ( entry behavior, motivasi, dll), saran dan prasarana, dan kondisi dosen
b. Membuat keputusan : Kelanjutan program, penanganan “masalah”’ dll
c. Meningkatkan kualitas PBM : Komponen-komponen PBM
E. FUNGSI EVALUASI
Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memilki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi :
a. Selektif : digunakan untuk mnyeleksi peaerta dalam kriteria tertentu.
b. Diagnostik : digunka untuk mengidentifikasi ksesulitan sehigga dapat di atasi.
c. Penempatan : digunakan untuk menmpatka di jenjang mana yang lebih cocok di letakan.
d. Pengukuran keberhasilan : megukur smpai mana tingkat keberhasilan yang telah si capai.
F. TEKNIK
EVALUASI
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes
1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes
1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab .
Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab
maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka.
Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih
jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada
awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar
pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya
secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Teknik tes . Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a. tes diagnostik
b. tes formatif
c. tes sumatif
G.
JENIS-JENIS EVALUASI
a.Jenis
evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1.Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
1.Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2.Evaluasi Selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siwa yang sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3.Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu sesuai kriteria yg dimilikiya.
4.Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses pembelajaran.
5.Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.
Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :
pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
H. PENGERTIAN OBSERVASI DAN KEDUDUKANNYA
Pengertian
observasi
“Observasi
ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau
kelompok secara langsung”
cara atau metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, checklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian, secara garis besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1).Structured or controlled observation (observasi yang direncanakan, terkontrol)
2).Unstructure or informal observation (observasi informasi atau tidak terencanakan lebih dahulu).
Pada structured observation, biasanya mengamat menggunakan blangko-blangko daftar isian yang tersusun, dan didalamnya telah tercantum aspek-aspek ataupun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan.Adapun pada unstructurred observation, pada umumnya pengamat belum atau tidak mengetahui sebelumnya apa yang sebenarnya harus dicatat dalam pengamatan itu. Aspek-aspek atau peristiwanya tidak terduga sebelumnya.
Kedudukan Observasi di Dalam Evaluasi
Observasi merupakan metode langsung terhadap tingkah laku sampling di dalam situasi sosial, dengan demikian merupakan bantuan yang vital sebagai suatu alat evaluasi.Melalui observasi, deskripsi objektif dari individu-individu dalam hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku ekspresi mereka yang timbul secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi menjadi proses pengukuran (evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu kegiatan-kegiatan normal dari kelompok atau individu yang diamati. Data yang dikumpulkan melalui observasi mudah dan dapat diolah dengan teknik statistik konvensional.
Jenis-jenis situasi sosial yang dapat diselidiki dengan observasi sangat luas, mencakup bermacam penelitian mengenai tingkah laku fisik, sosial dan emosional, dari mulai TK, SD, SMP sampai kepada pengamatan terhadap tingkah laku orang dewasa, di pabrik-pabrik, di kantor-kantor, di rumah, dalam kelompok diskusi, dan dalam situasi-situasi lain di masyarakat.
Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau skill. Misalnya untuk mengadakan penilaian terhadap murid-murid : bagaimana cara mengelas, membubut, menjahit pakaian, mengetik, membuat sambungan kusen pintu, dan menyambung kabel dan memasang alat-alat listrik. Dalam observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang didalamnya telah tercantum aspek-aspek kegiatan dari keterampilan itu yang harus dinilai, dan kolom-kolom tempat membutuhkan check atau skor menurut standar yang telah ditentukan.
Situasi di dalam Observasi
Yesrild dan Meigs membagi situasi-situasi yang dapat diselidiki melalui observasi langsung itu menjadi tiga macam, yaitu :
1. Situasi bebas (free situation)
2. Situasi yang dibuat (manipulated situation)
3. Situasi campuran (partially controlled) gabungan dari kedua situasi tersebut.
Pada situasi bebas, klien yang diamati dalam keadaan bebas, tidak terganggu, dan tidak mengetahui bahwa ia atau mereka sedang diamati. Dengan observasi terhadap situasi bebas, mengamat dapat memperoleh data yang sewajar-wajarnya (apa adanya) tentang perisitiwa atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang tidak dibuat-buat.
Pada situasi yang dibuat, pengamat telah sengaja membuat atau menambahkan kondisi-kondisi atau situasi-situasi tertentu, kemudian mengamati bagaimana reaksi-reaksi yang timbul dengan adanya kondisi atau situasi yang sengaja di buat itu. Misalnya dengan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan frustasi. Observasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan termasuk ke dalam jenis situasi (situasi yang dibuat).Situasi campuran (partially controlled) adalah situasi dalam observasi yang merupakan gabungan dari kedua macam situasi tersebut diatas.
Tujuan-tujuan observasi dalam rangka evaluasi pendidikan pada umumnya untuk menilai pertumbuhan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah laku penyesuaian sosialnya, minat dan bakatnya dan seterusnya.
Cara-cara Mencatatkan Observasi
Ada dua cara pokok tentang mencatatkan observasi itu.
1. Unit-unit tingkah laku yang akan diamati dirumuskan atau ditentukan lebih dulu, dan catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau kegiatan yang telah ditentukan.
2. Kita mengadakan observasi tanpa menentukan lebih dulu aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan tingkah laku yang akan diamati. Dengan demikian, menurut cara yang kedua kita dapat memperoleh data yang luas dan bervariasi (banyak macamnya)
Cara yang pertama biasa dilakukan dalam penyelidikan formal (formal studies), sedangkan cara yang kedua baik untuk digunakan bagi situasi-situasi informal. Dalam kegiatan evaluasi proses belajar-mengajar, kedua cara mencatatkan observasi tersebut diatas sering kali diperlukan dan dilakukan oleh guru-guru di sekolah.
cara atau metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, checklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian, secara garis besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1).Structured or controlled observation (observasi yang direncanakan, terkontrol)
2).Unstructure or informal observation (observasi informasi atau tidak terencanakan lebih dahulu).
Pada structured observation, biasanya mengamat menggunakan blangko-blangko daftar isian yang tersusun, dan didalamnya telah tercantum aspek-aspek ataupun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan.Adapun pada unstructurred observation, pada umumnya pengamat belum atau tidak mengetahui sebelumnya apa yang sebenarnya harus dicatat dalam pengamatan itu. Aspek-aspek atau peristiwanya tidak terduga sebelumnya.
Kedudukan Observasi di Dalam Evaluasi
Observasi merupakan metode langsung terhadap tingkah laku sampling di dalam situasi sosial, dengan demikian merupakan bantuan yang vital sebagai suatu alat evaluasi.Melalui observasi, deskripsi objektif dari individu-individu dalam hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku ekspresi mereka yang timbul secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi menjadi proses pengukuran (evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu kegiatan-kegiatan normal dari kelompok atau individu yang diamati. Data yang dikumpulkan melalui observasi mudah dan dapat diolah dengan teknik statistik konvensional.
Jenis-jenis situasi sosial yang dapat diselidiki dengan observasi sangat luas, mencakup bermacam penelitian mengenai tingkah laku fisik, sosial dan emosional, dari mulai TK, SD, SMP sampai kepada pengamatan terhadap tingkah laku orang dewasa, di pabrik-pabrik, di kantor-kantor, di rumah, dalam kelompok diskusi, dan dalam situasi-situasi lain di masyarakat.
Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau skill. Misalnya untuk mengadakan penilaian terhadap murid-murid : bagaimana cara mengelas, membubut, menjahit pakaian, mengetik, membuat sambungan kusen pintu, dan menyambung kabel dan memasang alat-alat listrik. Dalam observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang didalamnya telah tercantum aspek-aspek kegiatan dari keterampilan itu yang harus dinilai, dan kolom-kolom tempat membutuhkan check atau skor menurut standar yang telah ditentukan.
Situasi di dalam Observasi
Yesrild dan Meigs membagi situasi-situasi yang dapat diselidiki melalui observasi langsung itu menjadi tiga macam, yaitu :
1. Situasi bebas (free situation)
2. Situasi yang dibuat (manipulated situation)
3. Situasi campuran (partially controlled) gabungan dari kedua situasi tersebut.
Pada situasi bebas, klien yang diamati dalam keadaan bebas, tidak terganggu, dan tidak mengetahui bahwa ia atau mereka sedang diamati. Dengan observasi terhadap situasi bebas, mengamat dapat memperoleh data yang sewajar-wajarnya (apa adanya) tentang perisitiwa atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang tidak dibuat-buat.
Pada situasi yang dibuat, pengamat telah sengaja membuat atau menambahkan kondisi-kondisi atau situasi-situasi tertentu, kemudian mengamati bagaimana reaksi-reaksi yang timbul dengan adanya kondisi atau situasi yang sengaja di buat itu. Misalnya dengan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan frustasi. Observasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan termasuk ke dalam jenis situasi (situasi yang dibuat).Situasi campuran (partially controlled) adalah situasi dalam observasi yang merupakan gabungan dari kedua macam situasi tersebut diatas.
Tujuan-tujuan observasi dalam rangka evaluasi pendidikan pada umumnya untuk menilai pertumbuhan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah laku penyesuaian sosialnya, minat dan bakatnya dan seterusnya.
Cara-cara Mencatatkan Observasi
Ada dua cara pokok tentang mencatatkan observasi itu.
1. Unit-unit tingkah laku yang akan diamati dirumuskan atau ditentukan lebih dulu, dan catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau kegiatan yang telah ditentukan.
2. Kita mengadakan observasi tanpa menentukan lebih dulu aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan tingkah laku yang akan diamati. Dengan demikian, menurut cara yang kedua kita dapat memperoleh data yang luas dan bervariasi (banyak macamnya)
Cara yang pertama biasa dilakukan dalam penyelidikan formal (formal studies), sedangkan cara yang kedua baik untuk digunakan bagi situasi-situasi informal. Dalam kegiatan evaluasi proses belajar-mengajar, kedua cara mencatatkan observasi tersebut diatas sering kali diperlukan dan dilakukan oleh guru-guru di sekolah.
I . WAWANCARA
Wawancara adalah teknik untuk
mandapatkan data dengan cara berhubungan dengan peserta didik (face to face
relation). Wawancara juga bisa dilengkapi dengan alat berupa tepe
recorder, sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan
lebih lengkap.
Sebelum melaksankan wawancara perlu dirancang
pedoman-pedoman wawancara. Pedoman-pedoman tersebut disusun dengan mnempuh langkah-langkah
sebagai berikut:[1]
- Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
- Setelah mengetahui tujuannya, tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut.
- Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk bersetruktur ataukah bentuk terbuka
- Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan bentuk wawancara.
Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:
- Menjaga hubuangan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik
- Batasi waktu dalam wawancara
- mencatat semua hasil wawancara
Angket adalah daftar pertayaan yag harus di jawab atau isia yag harus diisi berdasarkan sejumlah subyek.
Angket digologkan sebagai berikut :
1. Angket lansug yairu mejawab atau mngisi angket itu adalah subyek yag di selidiki bukan orang lain.
2. angket langsug yaitu harus mejwab atau mmengisi angket itu bukan subyek yang kita selidiki sediri melainkan orang lain
Berdasarkan bentuk angket dibedakan:
1,Angket terbuka
2.Angket tertutup
Berdasarkan atas aspek kepribadia yang diselidiki dibedakan mejadi :
1. Angket umum
2. Angket khusus
K. INSTRUMENT EVALUASI
Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes dan analisis tes. Perencanaan tes dilakukan dengan langkah-langkah :
1.Menetapkan tujuan tes
2.Menetapkan hasil belajar yang akan diukur
3.Mempersiapkan tabel spesifikasi
4.Menetapkan isi materi tes
5.Menetapkan butir tes
6.Menyiapkan norma aturan
7.Mempersiapkan kunci scoring
Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes dan analisis tes. Perencanaan tes dilakukan dengan langkah-langkah :
1.Menetapkan tujuan tes
2.Menetapkan hasil belajar yang akan diukur
3.Mempersiapkan tabel spesifikasi
4.Menetapkan isi materi tes
5.Menetapkan butir tes
6.Menyiapkan norma aturan
7.Mempersiapkan kunci scoring
Penyusunan
tes, dilihat dari tiga sisi, prinsip ini
berlaku baik untuk penyusunan tes objektif maupun subjektif. Tes objektif dibedakan
atas tes jawaban singkat, tes melengkapi, tes benar salah, tes menjodohkan, tes
pilihan ganda dan interpretative exercises. Tes subjektif dibedakan atas essai
jawaban terbatas dan jawaban bebas. Sedangkan penyusunan instrumen non tes
dilakukan melalui tahap-tahap :
1.Mengembangkan spesifikasi alat ukur
2.Menyusun pernyataan atau pertanyaan
3.Menelaah pernyataan atau pertanyaan
4.Menyusun atau merangkit instrumen
5.Melakukan uji coba dan analisis instrumen
6.Menyeleksi, merevisi dan merakit instrumen
7.Menyusun bentuk akhir instrumen
8.Menyusun skala dan norma (kelengkapan instrumen)
1.Mengembangkan spesifikasi alat ukur
2.Menyusun pernyataan atau pertanyaan
3.Menelaah pernyataan atau pertanyaan
4.Menyusun atau merangkit instrumen
5.Melakukan uji coba dan analisis instrumen
6.Menyeleksi, merevisi dan merakit instrumen
7.Menyusun bentuk akhir instrumen
8.Menyusun skala dan norma (kelengkapan instrumen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar